Partisipan Pilkada 2020 Tinggi, Bukti Kepercayaan Rakyat terhadap Otoritas Pemilu
Kamis, 24 Juni 2021 | 15:35 WIBJakarta, Beritasatu.com – Tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang digelar 9 Desember 2020 mencapai 76,09% lebih tinggi 7% dibandingkan Pilkada 2005 yang mencapai 69,06%. Tingkat partisipan Pilkada 2020 lebih tinggi disaat terjadinya pandemi Covid-19, merupakan bukti kepercayaan rakyat terhadap otoritas pemilu.
Director of Program Development and Innovation Center Staffan Darnolf mengatakan partisipasi pemilih dalam sebuah pemilu bergantung pada tingkat pendidikan dan kepercayaan masyarakat kepada otoritas pemilu seperti KPU, Bawaslu, dan pemerintah.
"Terutama percaya terkait bagaimana mereka (otoritas pemilu) siap mengamankan pelaksanaan pemilunya. Paling tidak, masyarakat percaya akan merasa aman dalam memberikan suara saat terjadinya pandemi Covid-19. Ini juga menjadi faktor dalam pelaksanaan pemilu di negara-negara lain," kata Staffan Darnolf dalam webinar Pacific Forum International dengan tema Adapting to Covid-19: Indonesia, The United States and The Indo-Pacific Election in the Time of Covid-19, Kamis (24/6/2021).
Ia mencontohkan pelaksanaan pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang digelar pada 3 November 2020. Saat itu, pandemi Covid-19 sudah melanda AS. Namun, pelaksanaan pemilihan presiden AS ke-59 ini justru mencatatkan rekor persentase kehadiran pemilih tertinggi sejak 1900.
Dengan kedua calon presiden mendapatkan lebih dari 74 juta suara. Jumlah ini melebihi rekor suara yang didapatkan Barack Obama yaitu 69,5 juta suara pada 2008. Joe Biden sendiri mendapatkan suara lebih dari 81 juta suara yang merupakan suara tertinggi sepanjang sejarah pemilu Presiden AS.
"Itu pengalaman yang dilakukan di AS. Kita melakukan pemilihan langsung yang masuk akal. Jadi dilakukan dengan cara memilih di awal selama periode pemilihan. Mereka bisa datang secara fisik ke tempat pemungutan suara. Ini dilakukan berminggu-minggu, sehingga antrian pemilih tidak terlalu banyak," ujar Staffan Darnolf.
Sementara itu, Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Fritz Edward Siregar mengatakan alasan tingkat partisipan Pilkada 2020 lebih tinggi dibandingkan pilkada lima tahun lalu, bukan karena waktu pelaksanaannya saat pandemi atau bukan pandemi.
"Itu karena, pilkada dirasakan sudah sangat dekat kepada masyarakat. Pemimpin daerah mempunyai mesin-mesin daerah, seperti budaya lokal, yang bekerja dengan baik memperkenalkan pilkada kepada masyarakat," kata Fritz Edward Siregar.
Tidak hanya itu, berbagai isu untuk membatalkan pilkada serentak juga marak di berbagai media. Terjadi perdebatan dan diskusi ditengah-tengah masyarakat.
Juga adanya kerja keras dari KPU dan seluruh penyelenggara pemilu untuk memastikan masyarakat aman datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Sehingga masyarakat mempercayai proses pelaksanaan pemilu membuat mereka aman dari penularan Covid-19.
"Saya juga melihat akuntabilitas pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah bahwa pemilu ini adalah pekerjaan yang perlu kita kerjakan bersama-sama. Itu berjalan dengan baik," tutur Fritz Edward Siregar.
Masih dalam acara yang sama, Komisioner KPU Evi Novida Ginting menegaskan tingkat partisipan yang tinggi pada Pilkada 2020 merupakan suatu keberhasilan KPU dalam menyakinkan masyarakat bahwa mereka akan tetap aman dari penularan Covid-19 ketika datang ke TPS.
"Bagi kita, KPU berhasil meyakinkan masyarakat, bahwa TPS itu sehat. Anda datang ke TPS sehat, maka keluar TPS sehat juga," ujar Evi Novida Ginting.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
2
B-FILES
Usaha Pencegahan Stunting dari Hulu ke Hilir Melalui Penetrasi Teknologi Akuakultur pada Budidaya Ikan
Luciana Dita Chandra MurniAnak Blasteran
Paschasius HOSTI PrasetyadjiMengatasi Masalah Kesehatan Wanita Buka Peluang Tingkatkan Kehidupan dan Perekonomian
Raymond R. Tjandrawinata